Header Ads Widget

Responsive Advertisement

REFLEKS LAPAR DAN HAUS

Ada beberapa riwayat yang membahas tentang definisi atau teori tentang Rasa Lapar yang di bicarakan menurut komponen biologi.Cannon dan Washburn mengemukakan teori kontraksi perut yang menyatakan bahwa Rasa Lapar di ketahui dengan adanya kontraksi perut.
ž Sedangkan menurut Washburn, dengan percobaanya terhadap balon,Washburn melatih dirinya sendiri dengan menelan sebuah balon yang dihubungkan dengan suatu pipa, lantas balon tersebut dipompa di dalam perutnya. Ketika balon sudah mengelembung, dia tidak merasa lapar.
ž Tetapi teori ini terbantahkan dengan adanya kenyataan bahwa orang yang lambungnya telah di angkat, ternyata masih merasa lapar. Kemudian muncul teori gula darah yang menyatakan bahwa manusia merasa lapar ketika tingkat gula dalam tubuh menjadi rendah.
ž Bash melakukan percobaan mentranfusi darah anjing yang kenyang ke darah anjing yang sedang lapar. Tranfusi itu menyebabkan kontraksi lambung pada anjing lapar menjadi berhenti lapar. sehinggan teori ini mendukung teori Gula Darah, Namun, menurut LeMagnenmengemukakan bahwa tingkat gula dalam darah tidaklah berubah banyak dalam keadaan normal.
ž Adapun teori Insulin menyatakan bahwa Rasa Lapar yang di alami manusia terjadi pada saat insulin dalam tubuh manusia tiba-tiba naik. Namun teori ini sepertinya menunjukan bahwa kita harus makan untuk bisa menaikan tingkat insulin pada tubuh untuk menghilangkan rasa lapar.
ž Berbeda dengan teori Asam Lemak yang menyebutkan bahwa tubuh manusia mempunyai reseptor yang mencium adanya peningkatan asam lemak. Kegiatan reseptor karena adanya perubahan asam lemak lah memicu timbulnya rasa lapar.
ž Brobeck yang menyatakan dengan teori Produksi Panas, bahwa manusia merasa lapar ketika suhu badan turun, dan ketika naik lagi, rasa lapar berkurang. Inilah adalah satu alasan mengapa manusia lebih banyak makan ketika musim dingin jika di bandingkan pada musim panas.
ž Contohnya pada pukul 12 siang, banyak orang merasa lapar hanya karena waktu itu menjadi jam makan siang pada umumnya, rasa lapar itu terpicu dari prilaku belajar atau kebiasaan. Lain itu juga, rasa, bau dan warna yang di timbulkan makanan bisa menibulkan rasa lapar.


Faktor faktor yang diduga berpengaruh dalam mengontrol pemasukan makanan antara lain :
. Ukuran Simpanan Lemak
ž Menurut teori lipostatik, peningkatan simpanan lemak di jaringan adiposa memberikan sinyal kenyang.
ž  Menurut teori ini, gliserol berfungsi sebagai sinyal yang mengalir melalui darah antara simpanan lemak dan daerah-daerah di otak yang mengontrol pemasukan makanan.
ž Jumlah gliserol dalam darah menjadi indikator yang menunjukkan jumlah total lemak trigliserida yang tersimpan di jaringan lemak.
ž Pada teori ini, yang penting dalam penentuan lapar dan kenyang adalah presentase pengisian setiap sel lemak. Dengan demikian, orang dengan jumlah sel lemak banyak tetap merasakan lapar pada tahap orang normal merasa kenyang karena sel-sel adiposa mereka belum kenyang
. Tingkat pemakaian glukosa (Teori Glukostatik)
ž Menurut teori glukostatik, rasa kenyang timbul karena sinyal yang ditimbulkan oleh peningkatan penggunaan glukosa yang tersedia untuk digunakan karena zat tersebut sedang diserap dari saluran pencernaan.
ž  Setelah penyerapan makanan selesai, terjadi penurunan penggunaan glukosa oleh sel yang membangkitkan rasa lapar.
ž Yang mendukung teori ini adalah adanya anggapan bahwa peningkatan insulin; suatu hormon yang dilepaskan pankreas untuk merangsang penyerapan, penggunaan dan penyimpanan glukosa dan nutrien lain oleh sel, akan memberi sinyal rasa kenyang.
. Intensitas Produksi Kekuatan Sel (teori iskimetrik)
ž Teori isketrik menerangkan bahwa sinyal untuk kontrol jangka-pendek pemasukan makanan bukanlah defisit atau surplus salah satu nutrien utama, misal glukosa, tetapi berkaitan dengan besarnya produksi tenaga sel (ATP).
ž Perubahan ketersediaan salah satu atau semua nutrien untuk sel dapat menyebabkan peningkatan atau penurunan kecepatan pertukaran ATP/ADP, yang dapat ditransduksikan menjadi semacam kekuatan sinyal saraf atau sinyal hematogen rendah (rasa lapar) atau yang tinggi (rasa kenyang).
Tingkat Sekresi Kolesistokinin
ž Terdapat banyak bukti yang menyatakan kolesistokinin(CCK) ; hormon saluran pencernaan yang dikeluarkan dari mukosa duodenum selama ingesti makanan, merupakan sinyal rasa kenyang yang penting.
ž Kolesistokinin dikeluarkan sebagai respon terhadap adanya nutrien di usus halus.
ž Melalui berbagai efek pada saluran pencernaan CCK mempermudah pencernaan dan penyerapan nutrien-nutrien tersebut.
. Pengaruh Neurotransmitter
ž Berbagai sirkuit saraf di otak tampaknya ikut berperan dalam mengontrol perilaku makan.
ž Pada hewan percobaan dengan otak yang dipajankan ke berbagai neurotransmitter telah dibuktikan menginduksi pola pemasukan makanan.
ž Sebagai contoh norepinefrin dan neuropeptida Y meningkatkan konsumsi karbohidrat sementara dopamin dan serotonin menekan konsumsi karbohidrat.
ž Bagaimana pengeluaran berbagai neurotransmitter ini dikaitkan dengan kontrol pemasukan makanan masih belum jelas
ž 6. Pengaruh Psikososial
ž Selain faktor-faktor involunter yang dapat timbul secara otomatis di atas, kebiasaan makanan seseorang juga dibentuk oleh faktor psikologi dan sosial. Seperti makan tiga kali sehari bukan karena lapar, namun karena kebiasaan.
ž Kenikmatan yang diperoleh dari makan dapat memperkuat perilaku makan. Makan makanan dengan rasa lezat, aroma menggugah selera, dan bentuk menarik dapat meningkatkan nafsu makan dan pemasukan makanan. Hal ini dibuktikan dengan eksperimen pada tikus-tikus yang ditawari berbagai makanan manusia yang lezat. Tikus-tikus itu makan berlebihan sampai sebanyaj 70%-80% dan mengalami kegemukan.
ž Stres, rasa cemas depresi dan rasa bosan juga dibutikan mengubah perilaku makan melalui cara-cara yang tidak berkaitan dengan kebutuhan energi, baik pada hewan percobaan dan manusia. Dengan demikian, setiap penjelasan menyeluruh mengenai bagaimana pemasukan dikontrol harus memperhitungkan tindakan-tindakan mengkonsumsi makanan secara volunter tersebut yang dapat memperkuat atau mengalahkan sinyal-sinyal internal yang mengatur perilaku makan.


Mekanisme Lapar dan Kenyang
Kontrol dari keseimbangan energi dan asupan makanan adalah fungsi utama dari hipotalamus. Secara klasik, hipotalamus dianggap memiliki sepasang pusat nafsu makan yang terletak di bagian lateral (luar) hipotalamus, satu di setiap sisi, dan satu pasang pusat kenyang yang terletak di daerah ventromedial (bawah-tengah

ž Sinyal dari nafsu makan akan membangkitkan sensasi dari rasa lapar yang menyebabkan kita makan. Sebaliknya rasa kenyang akan menyebabkan kita berhenti makan. Arcuate nucleus mempunyai dua subset neuron yang memiliki fungsi berlawanan. Satu subset mengeluarkan neuropeptida Y dan yang lain mengeluarkan melanocortins.
ž  Neuropeptida Y adalah suatu stimulator nafsu makan yang paling potensial yang akhirnya mengakibatkan adanya peningkatan asupan makanan yang juga akan meningkatkan berat badan. Melanocortins adalah sekumpulan hormone yang secara tradisonal diketahui memiliki fungsi penting untuk memvariasikan warna kulit untuk tujuan penyamaran pada beberapa spesies. Saat ini, telah diketahui ternyata melanocortins memiliki peranan tak terduga dalam homeostatis energy. 
ž Melanocortins yang dikenal dengan nama α melanocyte stimulating hormone menekan rasa lapar yang akhirnya mengurangi asupan makanan dan menyebabkan berkurangnya berat badan. Melanocortins tidak berfungsi untuk pewarnaan kuliat pada manusia. Peranan pentingnya dalam tubuh kita hanyalah menekan nafsu makan sebagai respons terhadap meningkatnya cadangan lemak.
ž Tetapi Neuropeptida Y dan Melanocortins bukanlah efektor terakhir dalam control nafsu makan. Messenger kimia pada arcuate nucleus ini sebaliknya mempengaruhi pengeluaran neuropeptida pada bagian lain dari otak yang memberikan pengaruh langsung pada asupan makanan. Ada 2 jenis proses pengaturan asupan makanan, yaitu long term dan short term regulation.


Short Term Regulation
ž Short term regulation memiliki arti pengaturan dari asupan makanan yang berhubungan dengan banyaknya jumlah makanan yang dapat diproses oleh sistem gastrointestinal dalam periode waktu yang diberikan. Misalnya, apabila seseorang melebihi kapasitas GI tractnya maka ia akan menjadi sakit. Maka dalam proses makan, ada dua mekanisme yang akan mencegah terjadinya kelebihan makanan.
ž 1. “Metering” makanan saat melewati mulut
ž 2. Reflex yang disebabkan oleh terjadinya pelebaran GI tract bagian atas.
ž Metering makanan memiliki arti reseptor sensoris pada mulut dan faring mendeteksi banyaknya jumlah kunyahan, air liur, penelanan dan perasaan sehingga dapat mengkuantitasikan jumlah makanan yang melewati mulut. Dalam suatu cara yang sampai sekarang masih belum dimengerti, informasi ini akan diteruskan ke pusat pengaturan makan di hipotalamus untuk menghambat rasa lapar hingga 30 menit sampai satu jam, tetapi tidak lebih. Demikian juga begitu makanan mengisi lambung dan bagian lain pada GI tract bagian atas, impuls sensoris visceral (disebabkan terutama karena pelebaran usus) ditransmisikan ke pusat makan dan menghambat nafsu makan. Melalui cara ini kelebihan makanan pada GI tract dapat dihindari.

Kolesistokinin sebagai sinyal rasa kenyang
ž Kolesistokinin (CCK), salah satu dari hormone dalam GI tract yang dihasilkan oleh mukosa duodenal selama proses pencernaan makanan, adalah sinyal rasa kenyang yang penting untuk mengatur jumlah makanan yang masuk. CCK dihasilkan sebagai respon atas adanya nutrient dalam usus halus. Melalui berbagai macam pengaruh, CCK memfasilitasi pencernaan dan penyerapan nutrient ini. CCK juga berkontribusi untuk menimbulkan rasa kenyang setelah makanan dikonsumsi tetapi sebelum makanan itu benar-benar dicerna dan diserap. Kita sudah merasa kenyang saat makanan yang cukup dapat melengkapi cadangan di dalam saluran pencernaan walaupun cadangan energi masih rendah. Hal ini menjelaskan mengapa kita berhenti makan sebelum makanan yang dicerna tersedia untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh.



Posting Komentar

0 Komentar